Rabu, 04 Januari 2017

MENCIPTAKAN LINGKUNGAN KERJA YANG KONDUSIF DI KANTOR




ELSA YUNITA
D3-BAHASA INGGRIS
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

ABSTRAK
Tujuan karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara menciptakan lingkungan kerja yang kondusif di kantor, faktor-faktor yang mempengaruhinya serta tujuan menciptakan lingkungan kerja yang kondusif itu sendiri. Bentuk karya ilmiah ini merupakan jurnal umum. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik analisis konten dan melakukan 15 kutipan dari para ahli dan buku yang dimuat sebagai referensi. Jurnal ini menunjukkan bahwa lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja non-fisik berpengaruh terhadap tingkat kondusifitas dan kepuasan kerja karyawan. Semakin baik lingkungan kerja dan semakin tinggi motivasi yang dimiliki karyawan maka semakin tinggi pula kecenderungan dalam menciptakan lingkungan kerja yang kondusif, hal ini berarti akan semakin tinggi tingkat pencapaian kinerja karyawan.
Kata Kunci : Tingkat Kondusifitas, Lingkungan Kerja Fisik, Lingkungan Non-fisik, Kepuasan Kerja Karyawan
ABSTRACT

The purpose of this manuscript is to know how to create a conducive working environment in the office, the factors that influence it and the goal of creating a conducive working environment itself.
The form of this manuscript is ageneral journal. The data collection technique is using content analysis technique and perform 15 quotations from some experts and books published as reference. This journal shows that the physical work environment and non-physical work environment affect the level of conduciveness and employee satisfaction. The better the working environment and the higher the motivation of employees, the higher the tendency to create a conducive working environment, this would imply the higher the performance level of employees.
Keywords : The Level Of Conduciveness, The Physical Work Environment, Non-Physical Work Environment, Employee Satisfaction


PENDAHULUAN
Tumbuhnya sebuah perusahaan yang berorientasi pada pelayanan maupun profit harus didukung oleh lingkungan kerja yang baik. Lingkungan kerja yang baik adalah situasi dan suasana kerja yang kondusif dan nyaman. Lingkungan kerja yang dimaksud, meliputi komunikasi antara atasan dan bawahan, teamworking, networking, reward and punishment, time schedule kegiatan yang tertata, dan hubungan perusahaan dengan external stakeholder. Perusahaan adalah rumah yang nyaman bagi penghuninya. Kenyamanan lingkungan kerja harus menjadi prioritas utama sehingga karyawan merasa nyaman dan betah bekerja. Kenyamanan ini akan membuat prioritas dan target korporasi dapat terpenuhi tepat waktu, bahkan bisa lebih cepat. Indikator utama dari lingkungan kerja yang nyaman terlihat hubungan yang akrab antara atasan dan bawahan. Hubungan antara atasan dan bawahan ibarat keluarga, atasan seperti orang tua yang siap memberikan ilmu dan pengalamannya (Quible, 2011). Sedangkan karyawan, memberikan ide dan gagasan yang kreatif dan inovatif untuk menunjang kemajuan perusahaan. Bertemunya ilmu dan pengalaman dari atasan serta ide dan gagasan dari bawahan akan memberikan sinergi positif yang mampu mendongkrak pencapaian perusahaan, baik itu berupa produk maupun pelayanan yang semakin prima. Umumnya peningkatan produktivitas dan pelayanan akan berbanding lurus dengan tingginya profitabilitas perusahaan. Perusahaan yang berkecimpung di media sosial besutan Mark Zuckerberg adalah salah satu contoh nyata perusahaan yang memiliki lingkungan kerja yang kondusif. Perusahaan ini memberikan keleluasaan bagi karyawannya untuk mengenakan baju kerja formal atau non formal. Perusahaan internet multinasional ini lebih mengedepankan kreatifitas tinggi dan ide yang berkualitas dibandingkan hanya menyorot pada penampilan karyawannya. Perusahaan yang bermarkas di Amerika Serikat ini dalam menempatkan karyawannya mengikuti kaidah the right man on the right place. Bagi perusahaan skala menengah ke atas di belahan dunia manapun, contoh di atas bisa dijadikan wawasan sekaligus inspirasi dalam menciptakan lingkungan kerja yang kondusif untuk para karyawannya. Sudah bukan masanya lagi perusahaan melihat prestasi dari sisi simbolik semata, seperti cara berpakaian, jumlah absensi, bekerja hanya berdasarkan rutinitas, mengandalkan konsultan untuk menyelesaikan pekerjaan perusahaan serta ketidakterbukaan dalam pemberian reward and punishment. Kini waktunya produktivitas kerja dan ide-ide konstruktif dari karyawan masuk dalam kriteria penilaian karyawan. Lingkungan kerja yang nyaman dan kondusif terlahir dari kesadaran karyawan dan pimpinan sehingga kedua pihak ini perlu menciptakan lingkungan kerja senyaman dan sekondusif mungkin. Permasalahan yang sering dihadapi perusahaan adalah kinerja karyawan yang menurun dikarenakan lingkungan kerja yang kurang nyaman, perubahan di lingkungan kerja yang kurang mendukung peningkatan kinerja karyawan, akibat ketidakharmonisan sesama karyawan, kurangnya motivasi dari pimpinan kepada para karyawan, kondisi tempat bekerja seperti kebisingan dekat dengan tempat bekerja, udara yang panas membuat tidak nyaman, adanya getaran mekanis yang mengusik karyawan saat bekerja, udara yang terlalu lembab akibat sirkulasi udara yang kurang memadai, bau yang tidak sedap sampai masalah tekanan pekerjaan, pembagian wewenang dan tanggung jawab kepada setiap karyawan. Ketidakharmonisan dan persaingan yang tidak sehat antara karyawan yang satu dan karyawan yang lain sudah pasti mempengaruhi kinerja karyawan yang mengalami konflik dan karyawan lain di sekitar juga ikut terpengaruh kinerjanya. Bukan hanya antar karyawan, antar karyawan dengan pimpinan juga memungkinkan terjadi ketidakharmonisan akibat pelimpahan wewenang yang tidak sesuai dengan kemampuan karyawan, cara memotivasi pimpinan yang tidak sesuai dengan karakteristik karyawan, atau bahkan pimpinan dan karyawan tidak satu frekuensi dalam mencapai visi dan misi perusahaan sebanding dengan tujuan bekerja para karyawan. Semua hal ini dapat mengakibatkan terjadi konflik dalam lingkungan kerja, lingkungan kerja menjadi tidak kondusif, karyawan tidak nyaman dalam bekerja. Akibatnya tentu saja berpengaruh pada produktivitas karyawan baik dalam kualitas maupun kuantitas atau pergantian karyawan yang cepat, tentu merugikan perusahaan secara financial, inilah yang dikatakan sumber daya manusia adalah aset berharga perusahaan yang mahal nilainya. Dengan latar belakang ini maka penulis tertarik untuk membahasnya dalam jurnal yang berjudul : “MENCIPTAKAN SUASANA KERJA YANG KONDUSIF DI KANTOR”.

TINJAUAN PUSTAKA
Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja dalam suatu perusahaan perlu diperhatikan, lingkungan kerja merupakan suatu faktor yang secara tidak langsung mempengaruhi kinerja pegawai. Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa aman dan memungkinkan para pegawai untuk dapat berkerja optimal dan sebaliknya, lingkungan kerja yang tidak memadai menurunkan kinerja karyawan. Lingkungan kerja mempunyai pengaruh langsung terhadap pegawai dalam menyelesaikan tanggung jawab kepada organisasi. Kondisi lingkungan kerja dikatakan baik apabila manusia yang terlibat di dalamnya dapat melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman dan nyaman. Jika pegawai menyenangi lingkungan kerja dimana dia bekerja, maka pegawai tersebut akan betah di tempat kerjanya untuk melakukan aktivitas dan menyelsaikan tugas – tugasnya. Lingkungan kerja tersebut mencakup hubungan kerja yang terbentuk antara sesama pegawai dan hubungan kerja antar bawahan dan atasan serta lingkungan fisik tempat pegawai bekerja. Kesesuaian lingkungan kerja dapat dilihat akibatnya dalam jangka waktu yang lama. Lingkungan kerja yang kurang baik dapat menuntut tenaga kerja dan waktu yang lebih banyak dan tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien.
Menurut Sunyoto (2013:43), lingkungan kerja merupakan bagian komponen yang sangat penting di dalam karyawan melakukan aktivitas bekerjanya. Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada di sekitar karyawan pada saat bekerja, baik yang berbentuk fisik maupun berbentuk non fisik, langsung maupun tidak langsung, yang dapat memperngaruhi dirinya dan pekerjaannya saat bekerja. Menurut Sedarmayati (2011:2) mendefinisikan bahwa lingkungan kerja maksudnya adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya di mana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok. Hal ini sama seperti apa yang dikatakan oleh Nitisemito dalam Sugiyarti (2012:75) yakni lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjelankan tugas-tugas yang diembannya. Lingkungan kerja dapat dikategorikan menjadi dua hal yaitu lingkungan kerja non fisik dan fisik. Lingkungan kerja non fisik menurut Anorogo dan Widiyanti dalam Putranto (2012:2) yakni suatu keinginan karyawan terhadap pekerjaan akan gaji yang cukup, keamanan, pekerjaan, pengharapan, secara ekonomis, kesempatan untuk maju, pimpinan yang bijaksana, dan rekan yangkompak. Lingkungan kerja non fisik sangat mempengaruhi kepuasan bekerja pegawai dimana jika keadaan atau situasi di sekitar pegawai kondusif untuk bekerja, rekan mudah diajak untuk bekerja sama dan hubungan dengan atasan baik maka pegawai akan menikmati pekerjaannya dan merasa puas bekerja di tempat tersebut. Lingkungan kerja yang nyaman dan aman akan membuat pegawai juga ikut merasa nyaman bekerja sehingga tugas yang dilakukan oleh para pegawai juga baik dan itu mempengaruhi kepuasan bekerja pegawai.
Lingkungan kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan bekerja pegawai. Jika dalam lingkungan sekitar tempat kerja memberikan kesan yang tidak nyaman, pegawai merasa malas untuk bekerja. Robbins dalam Fathonah dan Utami (2012:3) menyatakan bahwa pegawai akan bekerja secara maksimal apabila lingkungan kerja nyaman dan mendukung karena pegawai merasa puas dengan lingkungan kerja yang ada. Lingkungan kerja yang baik meliputi beberapa aspek yang harus diperhatikan misalnya ruangan kerja yang nyaman, kondisi lingkungan yang aman, suhu ruangan yang tetap, terdapat pencahayaan yang memadai, warna cat ruangan, hubungan dengan rekan kerja yang baik (Sedarmayanti dalam Sugiyarti, 2012:75). Jika hal tersebut dapat terpenuhi oleh perusahaan atau organisasi maka kinerja dari karyawan dapat meningkat yang berpengaruh terhadap kepuasan bekerja karyawan tersebut. Menurut Mangkunegara dalam Dhermawan (2012:174) lingkungan kerja meliputi uraian jabatan yang jelas, autoritas yang memadai, target kerja yang menantang, pola komunikasi, hubungan kerja yang harmonis, iklim kerja yang dinamis, peluang karir, dan fasilitas kerja yang memadai. Jika itu semua dapat terjalin dengan baik kepuasan bekerja karyawan juga meningkat.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas, dapat dikatakan bahwa lingkungan kerja merupakan segala sesuatu yang ada disekitar pegawai yang dapat mempengaruhi diri pegawai dalam menjalankan tugas yang dibebankan oleh perusahaan. Namun secara umum  pengertian lingkungan kerja merupakan kondisi dan suasana dimana para pegawai tersebut melaksanakan tugas dan pekerjaannya dengan maksimal.
            Lingkungan Kerja Yang Kondusif
            Kondusif merupakan sikap tenang dan teratur. Sikap kondusif itu sangat penting karena akan melahirkan suatu ketertiban dalam masyarakat. Pengertian kondusif menurut KBBI adalah kondisi yang tenang atau yang lebih mudah untuk diartikan adalah suatu kondisi yang tidak semrawutan dan mendukung untuk terjadinya suatu aktivitas atau tujuan tertentu. Contohnya suasana kantor yang kondusif tentunya akan sangat membantu kelancaran proses bekerja dan menghasilkan sesuatu dengan baik. Pengertian kondusif dalam sosiologi adalah suatu ketenangan dan ketertiban dalam suatu lingkungan dalam melakukan berbagai macam aktivitas. Contohnya kondusif dalam menyelesaikan pekerjaan secara kelompok atau bersama-sama. Sementara itu, pengertian kondusif dalam bekerja adalah sikap tenang untuk menerima pekerjaan/tugas, tertib dalam melaksanakan dan menyelesaikan berbagai pekerjaan/tugas, kerja berkelompok dan mendukung sepenuhnya segala macam bentuk aktivitas yang termasuk dalam proses bekerja.
            Berikut ini faktor yang dapat memengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja yang kondusif (Maryati, 2014):
               1. Mengatur Penerangan/Cahaya di Kantor
Pengaturan cahaya atau penerangan di kantor sangat besar manfaatnya bagi karyawan agar mendapatkan keselamatan dan kelancaran kerja. Penerangan (cahaya) harus diatur sesuai dengan kondisi cahaya yang nyaman yaitu terang tapi tidak menyilaukan. Cahaya perlu diatur sesuai dengan kebutuhan penerangan ruangan. Cahaya yang kurang jelas mengakibatkan penglihatan menjadi cepat lelah, sehingga pekerjaan akan lambat, banyak mengalami kesalahan, sehingga menyebabkan kurang efisien dalam melaksanakan pekerjaan. Cahaya terbagi menjadi 2 macam yaitu natural lighting (cahaya alami)  dan artificial lighting (cahaya buatan). Cahaya alami merupakan cahaya yang berasal dari matahari, sedangkan cahaya buatan berasal dari lampu, lilin, dll. Cahaya buatan terbagi atas cahaya langsung, setengah tak langsung, dan cahaya tak langsung. Pencahayaan yang baik memiliki ciri-ciri seperti sinar cukup/terang namun tidak menyilaukan, tidak terdapat kontras yang tajam, memancarkan cahayanya secara merata dan tidak menimbulkan bayangan maupun gelombang cahaya.
             2. Pemilihan Warna di Tempat Kerja
Dalam memilih warna yang akan dipakai pada setiap ruang kerja, atau warna bangunan gedung baik untuk warna dinding, penutup lantai, maupun warna untuk peralatan atau perlengkapan kantor perlu dipertimbangkan kombinasi warna yang serasi, memperhatiakan efek cahaya terhadap warna, nilai pemantulan warna, dan dampak dari warna yang dipilih. Penataan warna di tempat kerja perlu dipelajari dan direncanankan dengan sebaik-baiknya karena warna dapat mempengaruhi emosi dan otak manusia. Warna yang tepat ketika digunakan untuk dekorasi dan ruang kerja akan menimbulkan kenyamanan peningkatan produktivitas kerja karyawannya. Namun bila warna tidak serasi atau terlalu kontras maka akan berdampak bagi ketenangan dan konsentrasi karyawan.


Warna
Sifat
Pengaruh
Fungsi
Merah
Dinamis, merangsang, dan panas.
Menimbulkan semangat kerja.
Pekerjaan sepintas (singkat).
Kuning
Keanggunan, bebas, hangat.
Menimbulkan rasa gembira dan merangsang urat
syaraf mata.
Gang-gang jalan lorong.
Biru
Tenang, tentram, dan sejuk.
Mengurangi tekanan atau ketegangan.
Berpikir konsentrasi.

            3. Memperhatikan Udara di Kantor
a.      Temperatur di Tempat Kerja
Dalam keadaan normal, anggota tubuh manusia mempunyai temperatur yang berbeda. Tubuh manusia selalu berusaha mempertahankan suhu tubuh dalam kondisi yang normal dengan suatu sistem tubuh yang sempurna sehingga dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi diluar tubuh. Tetapi kemampuan tersebut memiliki batas, yakni ketika tubuh seorang manusia masih dapat menyesuaikan dirinya dengan temperatur luar jika mengalami perubahan temperatur luar tubuh tidak lebih dari 20% kondisi panas untuk dari keadaan normal suhu tubuh.
b.      Kelembaban di Tempat Kerja
Kelembaban dipengaruhi oleh temperatur udara, dan secara bersamaan kecepatan udara bergerak dan radiasi panas dari udara tersebut akan memengaruhi keadaan tubuhpada saat menerima atau melepaskan panas dari tubuhnya. Keadaan dimana temperatur udara sangat panas dan kelembaban tinggi, akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara besar-besaran, karena sistem
penguapan. Pengaruh lain adalah makin cepatnya denyut jantung karena semakin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen, DNA tubuh manusia berusaha untuk mencapai keseimbangan antara suhu tubuh dengan suhu disekitarnya.
c.      Sirkulasi Udara di Tempat Kerja
Oksigen merupakan kebutuhan makhluk hidup untuk menjaga kelangasungan hidup. Udara disekitar dapat dikatakan kotor ketika kadar oksigen dalam udara telah berkurang dan telah bercampur dengan gas atau bau-bauan yang dapat tercium dan berbahaya bagi kesehatan tubuh. Faktor utama tersedianya oksigen adalah adanya tanaman segar di dalam tempat kerja. Dengan cukupnya oksigen di sekitar tempat kerja akan memberikan kesejukan dan kesegaran pada jasmani. Hal ini dapat membantu mempercepat pemulihan tubuh akibat kelelahan seusai bekerja.
               4. Kontrol Suara
Kebisingan merupakan salah satu polusi yang cukup menyibukkan para
pakar, yaitu bunti yang tidak dikehendaki oleh telinga. Kebisingan dalam jangka
waktu yang cukup panjang dapat mengganggu ketenangan ketika bekerja
menimbulkan kesalahan komunikasi dan merusak pendengaran. Bahkan dari hasil
penelitian, kebisingan yang berlebihan dapat mengakibatkan kematian kepada korbannya. Karena bekerja sangat membutuhkan konsentrasi yang tinggi, maka suara bising harus dihindari agar tidak mengganggu kegiatan bekerja sehingga produktivitas bekerja bisa dilakukandengan efisien sehingga produktivitas kerja dapat meningkat.

Ada beberapa cara untuk mengendalikan suara yang bising yaitu:
a.      Mesin-mesin dan peralatan yang menimbulkan suara gaduh ditempatkan jauh dari tempat kerja yang membutuhkan konsentrasi yang tinggi dekat dengan jendela dan diberi penyekat ruang sebagai media peredam suaranya.
b.      Gunakan design dan bahan langit-langit yang dapat menyerap suara seperti karpet, dinding dari partisi atau kayu langit-langit berbahan kayu, dsb.
c.      Pakai perabot yang terbuat dari bahan-bahan penyerap suara seperti kayu, bubuk kayu yang telah dikeraskan, kain, dsb.
d.      Putarlah musik tertentu dengan pelan sehingga dapat menimbulkan suasana tenang pada karyawan. Menurut para ahli musik yang bernada halus dan sesuai dengan suasana untuk bekerja, tempat serta waktu bisa membangkitkan dan merangsang karyawan untuk melaksanakan pekerjaannya. Maka dari itu, pemilihan lagu-lagu perlu diperhatikan dengan selektif untuk diputar di tempat kerja. Jika jenis musik yang dipilih tidak sesuai untuk diperdengarkan di tempat kerja maka akan sangat mengganggu konsentrasi para karyawan yang sedang bekerja.


                 5. Budaya
Budaya merupakan suatu pola hidup yang menyeluruh. Budaya bersifat abstrak, luas dan kompleks. Banyak aspek budaya yang turut serta dalam menentukan perilaku komunikatif seorang karyawan. Unsur-unsur sosio budaya ini tersebar, dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Budaya di kantor berawal dari kebiasaan yang telah menjadi perilaku, tindak tanduk dalam bekerja, berkomunikasi, dan berhubungan dengan sesama maupun pihak luar. Misalnya ramah tepat waktu, rapih dalam bekerja dsb. Budaya ini dibentuk dari hasil kebersamaan atau kelompok. Tetapi dapat juga berawal dari pimpinan yang di dukung oleh staffnya. Dalam suatu lingkungan kerja sangat penting menciptakan budaya yang sehat, segar, ramah dan demokrasi. Terciptanya budaya ini sangat ditentukan oleh pimpinan dan karyawan yang berada dalam perusahaan yang bersangkutan.

            Komunikasi Kerja yang Baik
Pentingnya komunikasi yang baik di tempat kerja tidak dapat disangkal akan pentingnya komunikasi di tempat kerja, mengingat bahwa dalam sebuah perusahaan terdapat banyak orang dari berbagai latar belakang sosial dan profesional yang berbeda dan bekerja untuk tujuan yang sama. Sering terlihat bahwa manajer tidak menyadari pentingnya komunikasi di tempat kerja dan dengan demikian tidak menyampaikan ide-ide mereka, tujuan perusahaan, visi dengan sangat jelas. Ketika para senior tidak dapat menciptakan lingkungan yang terbuka dan komunikasi yang jelas, maka memiliki dampak negatif pada budaya kerja dan produktivitas karyawan. Sebuah perusahaan di mana tidak ada berbagi informasi antara dua atau lebih individu, maka pemborosan sumber daya akan sering timbul. Untuk menghindari ini, komunikasi yang efektif di tempat kerja harus didorong untuk keberhasilan perusahaan secara menyeluruh. Ada beberapa peran komukasi di kantor (Sukoco & Munir, 2011), yaitu:
a.      Menciptakan Kepuasan Kerja
Perusahaan wajib mendorong korespondensi terbuka dan mudah antara senior dan bawahan. Jika lingkungan kerja ramah di mana bawahan didorong untuk mengkomunikasikan ide-ide mereka kepada manajer mereka mengenai pekerjaan terkait, dan umpan balik mereka diberikan pertimbangan, akan memotivasi karyawan untuk bekerja lebih baik dan membuat mereka merasa dihargai dalam perusahaan. Dengan demikian, komunikasi yang efektif di tempat kerja membantu dalam membangun loyalitas dan kepercayaan yang akhirnya menghasilkan kepuasan kerja yang lebih besar.
b.      Menyelesaikan Konflik
Komunikasi yang terbuka di tempat kerja dapat membantu mencegah dan menyelesaikan konflik. Misalnya, jika dua karyawan memiliki ketidaksetujuan atas beberapa masalah, maka konflik tersebut diselesaikan melalui diskusi bersama.


c.      Meningkatkan Produktivitas
Komunikasi yang efektif di tempat kerja adalah hal yang paling penting bagi keberhasilan dan kegagalan sebuah perusahaan. Setiap perusahaan memiliki seperangkat tujuan yang jelas, tujuan dan visi. Manajer harus dapat dengan jelas menjelaskan kepada karyawannya tujuan tersebut dan memastikan bahwa semua anggota timnya bekerja menuju tujuan yang sama. Dia juga perlu mengkomunikasikan kepada karyawannya akan pekerjaan, tanggung jawab dan tugas mereka. Jika manajer jelas dalam komunikasi, para bawahan akan tahu persis apa yang perusahaan ingin dan dengan demikian, akan mampu memberikan yang sama untuk yang terbaik dari kemampuan mereka. Dengan demikian, pentingnya keterampilan komunikasi dapat dinilai dari fakta yang mengarah ke arah yang lebih baik dan meningkatkan produktivitas kerja.
d.      Masa Depan
Kita semua tahu bahwa komunikasi adalah proses dua arah. Semua karyawan dan manajer dalam suatu perusahaan harus berkomunikasi dengan jelas, terbuka, dan jujur. Manajer harus membangun hubungan kerja yang menyenangkan dengan karyawan mereka, sehingga karyawan tidak ragu untuk mendekati mereka, untuk menyelesaikan pekerjaan yang berhubungan dengan isu yang mungkin timbul dalam perusahaan. Jadi, dengan membentuk hubungan yang baik dengan bawahan dan rekan kerja, anda tidak hanya meningkatkan semangat mereka tetapi juga meningkatkan efisiensi kerja mereka, yang menyebabkan peningkatan produktivitas. Selain itu, karyawan juga harus diberi kesempatan untuk memberikan umpan balik kepada manajemen. Ini akan membantu mengarahkan kebijakan manajemen dan program-program yang sesuai dengan kebutuhan karyawan. Dengan demikian, membangun hubungan kerja yang baik antara karyawan dan manajer dapat memberikan masa depan kerja yang lebih baik bagi perusahaan.
e.      Pembentukan Hubungan
Komunikasi terbuka, baik antara karyawan dan manajer atau antara manajemen dan karyawan, mengarah pada pembentukan hubungan pribadi dan profesional yang lebih baik. Hal ini membuat karyawan merasa benar-benar peduli dan dihargai, dan mereka lebih cenderung untuk tetap setia kepada perusahaan. Hal ini menciptakan lingkungan yang ramah dan mempromosikan hubungan kerja yang lebih baik, yang kondusif bagi karyawan.
f.       Pemanfaatan Sumber Daya
Jika sebuah perusahaan menghadapi masalah, krisis dan konflik akibat miskomunikasi antara karyawan, menyebabkan penundaan yang tidak perlu dalam pekerjaan sehari-hari. Hal ini menyebabkan pemborosan sumber daya dan menurunkan produktivitas kerja secara keseluruhan. Jadi lingkungan komunikasi yang baik adalah suatu keharusan bagi setiap perusahaan untuk lebih memanfaatkan sumber daya dan meningkatkan produktivitas.
Pentingnya komunikasi di tempat kerja dapat diringkas dalam dua kata, ‘kepuasan kerja’. Jika karyawan puas bekerja dalam suatu perusahaan, tidak menyangkal fakta bahwa masa depan perusahaan benar-benar terjamin.
Hubungan Kepemimpinan, Komunikasi, Motivasi Dan Pengembangan Karir Terhadap Kinerja Pegawai
            Seorang pemimpin mempunyai tanggung jawab dalam mengelola sebuah perusahaan, dan pemimpin harus mengerti bagaimana melihat kinerja pegawai yang baik dan yang buruk. Untuk membangun hubungan yang harmonis antara pimpinan dan karyawan membutuhkan banyak kecerdasan, mulai dari kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, kecerdasan komunikasi dan kecerdasan tanggung jawab (Umam, 2014). Pimpinan berfungsi untuk mengkoordinasikan semua kekuatan organisasi untuk mencapai misi, visi, strategi, dan tujuan organisasi; sedangkan karyawan berfungsi membantu tanggung jawab pimpinan dengan sepenuh hati agar visi, misi, strategi, dan tujuan organisasi dapat diwujudkan sesuai rencana dan harapan. Persoalannya, sering sekali pimpinan dan karyawan tidak selalu mampu menyatu mencair dalam satu kekuatan yang utuh dan pasti dalam meraih semua impian organisasi.
            Pimpinan harus memiliki mind set dan perilaku untuk membantu karyawan mencapai kinerja dan prestasi maksimal dengan cara-cara persuasif. Pimpinan hanya boleh menggunakan kekuasaannya dalam hal membuat keputusan dan mengarahkan karyawan ke visi, misi, dan tujuan organisasi. Tapi dalam hubungan kerja sehari-hari, pimpinan haruslah berperan sebagai orang tua yang membimbing setiap karyawan melalui sikap baik dan kasih sayang. Demikian juga dengan karyawan, para karyawan harus secara ikhlas dan cerdas mengarahkan seluruh energi, potensi, dan kekuatan dirinya untuk membantu kesuksesan tanggung jawab pimpinan. Hubungan yang tulus, ikhlas, dan mensyukuri haruslah menjadi modal yang kuat dalam menyatukan semua perbedaan di dalam organisasi. 
            Seorang pemimpin juga harus bisa berkomunikasi dengan para pegawai nya, dalam hal ini pemimpin dan pegawai bentuk komunikasi nya adalah komunikasi Vertikal. Ini adalah bentuk - bentuk komunikasi (Priansa, 2013):

1.      Komunikasi vertical
Komunikasi vertikal adalah komunikasi dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas atau komunikasi dari pimpinan ke bawahan dan dari bawahan ke pimpinan secara timbal balik.

2.      Komunikasi horizontal
Komunikasi horisontal adalah komunikasi secara mendatar, misalnya komunikasi antara karyawan dengan karyawan dan komunikasi ini sering kali berlangsung tidak formal yang berlainan dengan komunikasi vertikal yang terjadi secara formal.
3.      Komunikasi Diagonal
Komunikasi Diagonal bisa disebut komunikasi silang antara pimpinan dan karyawannya.

Komunikasi dalam organisasi atau perusahaan mempunyai fungsi sebagai berikut (Endang, 2015):
1.      Menimbulkan rasa kesetiakawanan dalam loyalitas antar pegawai.
2.      Meningkatkan semangat kerja para pegawai.
3.      Meningkatkan moral dan disiplin para pegawai.
4.      Semua jajaran pimpinan dapat mengetaui keadaan bidang yang menjadi tugasnya sehingga akan berlangsung pengendalian operasional yang efisien.
5.      Semua pegawai dapat mengetahui kebijaksanaan, peraturan-peraturan, ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan pimpinan organisasi.
6.      Semua informasi yang dibutuhkan pegawai dapat dengan cepat dan tepat diperoleh.
7.      Meningkatkan rasa tanggung jawab semua pegawai.
8.      Menimbulkan saling pengertian diantara pegawai.
9.      Meningkatkan kerjasama diantara pegawai.
10. Meningkatkan semangat korp dikalangan para pegawai.  

Keberadaan karyawan tentunya menjadi salah satu poin penting ketika Anda menjalankan sebuah usaha. Berbagai pekerjaan operasional maupun manajerial akan terasa lebih ringan, dengan adanya dukungan dari para karyawan.
Sebagai pelaku bisnis yang didukung oleh para karyawan, sudah sepantasnya bila anda terus membangun hubungan baik antara karyawan dan perusahaan yang Anda pimpin.
Karena bagaimanapun juga, keberadaan mereka memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap kesuksesan bisnis yang anda bangun. Pentingnya peran karyawan terhadap perkembangan usaha, mendorong sebagian besar pemimpin perusahaan untuk selalu memotivasi para karyawan agar bisa bekerja secara optimal. Sebab, semakin bagus performa yang diberikan para karyawan, maka semakin besar pula peluang bagi sebuah bisnis untuk mencapai kesuksesannya.
Langkah-langkah yang dapat digunakan para pemimpin untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan (Sugiarto & Pravitasmara, 2016):

1.      Tingkatkan motivasi kerja karyawan melalui training
Terkadang menekuni sebuah pekerjaan yang sama setiap harinya, membuat sebagian besar karyawan merasa jenuh dan bosan. Dampaknya, motivasi karyawan akan turun sehingga mereka tidak bekerja secara optimal. Karena itu untuk mengembalikan motivasi karyawan, Anda perlu mengadakan training khusus bagi para karyawan. Misalnya saja mengadakan pelatihan untuk meningkatkan ketrampilan kerja mereka, atau sekedar training untuk membangun kembali motivasi karyawan yang mulai turun.

2.      Berikan reward bagi karyawan yang berprestasi
Tidak ada salahnya jika Anda memberikan reward khusus bagi karyawan yang berprestasi. Bisa berupa bonus atau insentif, maupun berupa hadiah kecil yang bisa mewakili ucapan terimakasih perusahaan atas prestasi para karyawan. Cara ini terbukti cukup efektif, sehingga karyawan lebih bersemangat untuk memberikan prestasi-prestasi berikutnya bagi perusahaan.
3.      Lakukan pendekatan untuk mengoptimalkan kinerja karyawan
Sebagai pemimpin perusahaan, Anda juga perlu melakukan pendekatan pada para karyawan Anda. Bila perlu kenali kelebihan dan kekurangan yang dimiliki masing-masing dari mereka, sebab hal ini akan memudahkan Anda untuk mengevaluasi perkembangan setiap karyawan. Mana karyawan yang memiliki prestasi kerja cukup bagus, dan mana karyawan yang membutuhkan dukungan Anda untuk mencapai keberhasilan seperti rekan-rekan lainnya. Tentu dengan pendekatan tersebut, Anda dapat membantu karyawan yang kesulitan mengerjakan tugasnya untuk bisa berhasil meraih prestasi seperti karyawan lainnya.
4.      Adakan kegiatan khusus untuk membangun kekeluargaan antara karyawan dan perusahaan.
Membangun kekeluargaan antara pihak karyawan dan pemilik usaha, menjadi langkah jitu untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan. Dengan kekeluargaan yang kuat, mereka akan ikut merasakan kepemilikan perusahaan tersebut. Sehingga loyalitasnya untuk bersama-sama membesarkan perusahaan semakin meningkat. Adakan acara pertemuan rutin setiap bulannya, yang bisa mengakrabkan semua karyawan di perusahaan Anda. Lingkungan kerja yang hangat dan akrab, akan membuat karyawan merasa nyaman dalam menjalankan pekerjaannya.















SIMPULAN DAN SARAN

Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa aman dan memungkinkan para pegawai untuk dapat berkerja optimal. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi emosi pegawai. Jika pegawai menyenangi lingkungan kerja dimana dia bekerja, maka pegawai tersebut akan betah di tempat kerjanya untuk melakukan aktivitas sehingga waktu kerja dipergunakan secara efektif dan optimis prestasi kerja pegawai juga tinggi. Lingkungan kerja tersebut mencakup hubungan kerja yang terbentuk antara sesama pegawai dan hubungan kerja antar bawahan  dan atasan serta lingkungan fisik tempat pegawai bekerja.
Manajemen perusahaan diharapkan mampu meningkatkan sarana lingkungan kerja fisik, dan non-fisik karena mempunyai pengaruh yang besar dalam mempengaruhi kondusifitas dan kepuasan kerja karyawan, diantaranya yaitu dengan meningkatkan kualitas tata letak ruang kerja, penerangan, sirkulasi udara, kondisi peralatan kerja, tingkat keamanan, suara gaduh, dan kebersihan.


DAFTAR PUSTAKA

 

Chaisunah, & Muttaqiyathun, A. (2011). Pengaruh Kompensasi dan Lingkungan Kerja terhadap Kepuasan Kerja Karyawan. Studi Kasus pada PT. Bank Perkreditan Rakyat Shinta Daya .
Endang, S. (2015). Pengantar Administrasi Perkantoran. Bandung: Erlangga.
Maryati, M. (2014). Manajemen Perkantoran Efektif. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Nasution, W. A. (2013). Pengaruh Kompensasi dan Lingkungan Kerja terhadap Kepuasan Kerja. Studi Kasus Karyawan Pada PT. Karya Deli Stelindo Medan .
Priansa, D. J. (2013). Manajemen Perkantoran Efektif, Efisien, dan Profesional. Bandung: Alfabeta.
Quible, Z. K. (2011). Administrative Office Management: An Introduction (7th Edition). International Journal of Commerce and Managemen , 97-99.
Robbins, S. P. (2013). Organizational Behavior. Jakarta: Salemba Empat.
Rumada, G., & Utama, I. W. (2013). Pengaruh Kompensasi, Kepemimpinan dan Lingkungan Kerja Fisik terhadap Kepuasan Kerja. Studi Kasus Karyawan Hotel Taman Harum Ubud Gianyar .
Sugiarto, A., & Pravitasmara, Y. E. (2016). Green Office "Manajemen Kantor Berkonsep Ramah Lingkungan". Bogor: Gava Media.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta.
Sukoco, & Munir, B. (2011). Manajemen Administrasi Perkantoran Modern. Bandung: Erlangga.
Sunyoto, D. (2013). Teori, Kuisioner, dan Analisis Data Sumber Daya Manusia. Praktik Penelitian , 43.
Umam, K. (2014). MANAJEMEN PERKANTORAN. Surakarta: Pustaka Setia.
W, M. E. (2011). Effect of ISO 900-2008 QMS, Total Quality Management and Work. THE INTERNATIONAL JOURNAL OF BUSINESS & MANAGEMENT , 369-372.
Yani, H. (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Mitra Wacana .