ELSA YUNITA
D3-BAHASA INGGRIS
POLITEKNIK NEGERI
BANDUNG
ABSTRAK
Tujuan karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara menciptakan lingkungan kerja yang kondusif di
kantor, faktor-faktor yang mempengaruhinya serta tujuan menciptakan lingkungan
kerja yang kondusif itu sendiri. Bentuk karya ilmiah ini
merupakan jurnal umum.
Teknik pengumpulan data menggunakan
teknik analisis konten dan melakukan 15 kutipan dari para ahli dan
buku yang dimuat sebagai referensi. Jurnal ini menunjukkan bahwa lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja
non-fisik berpengaruh terhadap tingkat
kondusifitas dan kepuasan
kerja karyawan. Semakin baik lingkungan kerja dan
semakin tinggi motivasi yang dimiliki karyawan maka semakin tinggi pula kecenderungan dalam menciptakan lingkungan kerja yang kondusif, hal
ini berarti akan semakin tinggi tingkat pencapaian
kinerja karyawan.
Kata
Kunci : Tingkat Kondusifitas, Lingkungan Kerja Fisik, Lingkungan Non-fisik, Kepuasan Kerja Karyawan
ABSTRACT
The purpose of this manuscript is to know how to create a conducive working environment in the office, the factors that influence it and the goal of creating a conducive working environment itself. The form of this manuscript is ageneral journal. The data collection technique is using content analysis technique and perform 15 quotations from some experts and books published as reference. This journal shows that the physical work environment and non-physical work environment affect the level of conduciveness and employee satisfaction. The better the working environment and the higher the motivation of employees, the higher the tendency to create a conducive working environment, this would imply the higher the performance level of employees.
Keywords : The
Level Of Conduciveness, The Physical
Work Environment, Non-Physical
Work Environment, Employee
Satisfaction
PENDAHULUAN
Tumbuhnya
sebuah perusahaan yang berorientasi pada pelayanan maupun profit harus didukung
oleh lingkungan kerja yang baik. Lingkungan kerja
yang baik adalah situasi dan suasana kerja yang kondusif dan nyaman. Lingkungan
kerja yang dimaksud, meliputi komunikasi antara atasan dan bawahan, teamworking,
networking, reward and punishment, time schedule
kegiatan yang tertata, dan hubungan perusahaan dengan external stakeholder. Perusahaan adalah rumah yang nyaman bagi penghuninya.
Kenyamanan lingkungan kerja harus menjadi prioritas utama sehingga karyawan
merasa nyaman dan betah bekerja. Kenyamanan ini akan membuat prioritas
dan target korporasi dapat terpenuhi tepat waktu, bahkan bisa lebih cepat.
Indikator utama dari lingkungan kerja yang nyaman terlihat hubungan yang akrab
antara atasan dan bawahan. Hubungan antara atasan dan bawahan ibarat keluarga,
atasan seperti orang tua yang siap memberikan ilmu dan pengalamannya (Quible, 2011). Sedangkan karyawan, memberikan ide dan gagasan yang kreatif dan
inovatif untuk menunjang kemajuan perusahaan. Bertemunya ilmu dan pengalaman
dari atasan serta ide dan gagasan dari bawahan akan memberikan sinergi positif
yang mampu mendongkrak pencapaian perusahaan, baik itu berupa produk maupun
pelayanan yang semakin prima. Umumnya peningkatan produktivitas dan pelayanan
akan berbanding lurus dengan tingginya profitabilitas perusahaan. Perusahaan yang berkecimpung di media sosial besutan Mark Zuckerberg
adalah salah satu contoh nyata perusahaan yang memiliki lingkungan kerja yang
kondusif. Perusahaan ini memberikan keleluasaan bagi karyawannya untuk
mengenakan baju kerja formal atau non formal. Perusahaan internet multinasional
ini lebih mengedepankan kreatifitas tinggi dan ide yang berkualitas
dibandingkan hanya menyorot pada penampilan karyawannya. Perusahaan yang
bermarkas di Amerika Serikat ini dalam menempatkan karyawannya mengikuti kaidah
the right man on the right place. Bagi perusahaan
skala menengah ke atas di belahan dunia manapun, contoh di atas bisa dijadikan
wawasan sekaligus inspirasi dalam menciptakan lingkungan kerja yang kondusif
untuk para karyawannya. Sudah bukan masanya lagi perusahaan melihat prestasi
dari sisi simbolik semata, seperti cara berpakaian, jumlah absensi, bekerja
hanya berdasarkan rutinitas, mengandalkan konsultan untuk menyelesaikan
pekerjaan perusahaan serta ketidakterbukaan dalam pemberian reward and
punishment. Kini waktunya produktivitas kerja dan ide-ide konstruktif dari
karyawan masuk dalam kriteria penilaian karyawan. Lingkungan kerja yang nyaman dan kondusif terlahir dari kesadaran
karyawan dan pimpinan sehingga kedua pihak ini perlu menciptakan lingkungan
kerja senyaman dan sekondusif mungkin. Permasalahan yang sering dihadapi
perusahaan adalah kinerja karyawan yang menurun dikarenakan lingkungan kerja
yang kurang nyaman, perubahan di lingkungan kerja yang kurang mendukung
peningkatan kinerja karyawan, akibat ketidakharmonisan sesama karyawan,
kurangnya motivasi dari pimpinan kepada para karyawan, kondisi tempat bekerja
seperti kebisingan dekat dengan tempat bekerja, udara yang panas membuat tidak
nyaman, adanya getaran mekanis yang mengusik karyawan saat bekerja, udara yang
terlalu lembab akibat sirkulasi udara yang kurang memadai, bau yang tidak sedap
sampai masalah tekanan pekerjaan, pembagian wewenang dan tanggung jawab kepada
setiap karyawan. Ketidakharmonisan dan persaingan yang tidak sehat antara karyawan yang satu dan karyawan yang lain
sudah pasti mempengaruhi kinerja karyawan yang mengalami konflik dan karyawan
lain di sekitar juga ikut terpengaruh kinerjanya. Bukan hanya antar karyawan,
antar karyawan dengan pimpinan juga memungkinkan terjadi ketidakharmonisan
akibat pelimpahan wewenang yang tidak sesuai dengan kemampuan karyawan, cara
memotivasi pimpinan yang tidak sesuai dengan karakteristik karyawan, atau
bahkan pimpinan dan karyawan tidak satu frekuensi
dalam mencapai visi dan misi perusahaan sebanding dengan tujuan
bekerja para karyawan. Semua hal ini dapat mengakibatkan
terjadi konflik dalam lingkungan kerja, lingkungan kerja menjadi tidak kondusif, karyawan tidak nyaman dalam bekerja. Akibatnya
tentu saja berpengaruh pada produktivitas karyawan baik dalam kualitas maupun
kuantitas atau pergantian karyawan yang cepat, tentu merugikan perusahaan
secara financial, inilah yang dikatakan sumber daya manusia adalah aset
berharga perusahaan yang mahal nilainya. Dengan latar belakang
ini maka penulis tertarik untuk membahasnya dalam jurnal yang berjudul : “MENCIPTAKAN SUASANA KERJA YANG
KONDUSIF DI KANTOR”.
TINJAUAN PUSTAKA
Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja dalam suatu
perusahaan perlu diperhatikan, lingkungan kerja merupakan suatu faktor
yang secara tidak langsung mempengaruhi kinerja pegawai. Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa aman dan
memungkinkan para pegawai untuk dapat berkerja optimal dan sebaliknya, lingkungan kerja yang tidak memadai
menurunkan kinerja karyawan.
Lingkungan kerja mempunyai
pengaruh langsung terhadap pegawai dalam menyelesaikan tanggung jawab kepada
organisasi. Kondisi
lingkungan kerja dikatakan baik apabila manusia yang terlibat di dalamnya dapat
melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman dan nyaman. Jika pegawai menyenangi lingkungan kerja dimana dia bekerja, maka
pegawai tersebut akan betah di tempat kerjanya untuk melakukan aktivitas dan
menyelsaikan tugas – tugasnya.
Lingkungan kerja tersebut mencakup hubungan kerja yang terbentuk antara sesama
pegawai dan hubungan kerja antar bawahan dan atasan serta lingkungan fisik
tempat pegawai bekerja. Kesesuaian lingkungan kerja dapat
dilihat akibatnya dalam jangka waktu yang lama. Lingkungan kerja
yang kurang baik dapat menuntut tenaga kerja dan waktu yang lebih banyak
dan tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien.
Menurut Sunyoto (2013:43), lingkungan kerja merupakan bagian komponen yang sangat
penting di dalam karyawan melakukan aktivitas bekerjanya. Dari
pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja adalah segala
sesuatu yang ada di sekitar karyawan pada saat bekerja, baik yang berbentuk
fisik maupun berbentuk non fisik, langsung maupun tidak langsung, yang dapat
memperngaruhi dirinya dan pekerjaannya saat bekerja. Menurut Sedarmayati (2011:2)
mendefinisikan bahwa lingkungan
kerja maksudnya adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi,
lingkungan sekitarnya di mana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta
pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok. Hal ini sama seperti apa yang dikatakan oleh Nitisemito dalam
Sugiyarti (2012:75) yakni lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada di
sekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjelankan
tugas-tugas yang diembannya. Lingkungan kerja dapat dikategorikan
menjadi dua hal yaitu lingkungan kerja non fisik dan fisik. Lingkungan
kerja non fisik menurut Anorogo dan Widiyanti dalam Putranto (2012:2) yakni
suatu keinginan karyawan terhadap pekerjaan akan gaji yang cukup, keamanan,
pekerjaan, pengharapan, secara ekonomis, kesempatan untuk maju, pimpinan yang
bijaksana, dan rekan yangkompak. Lingkungan kerja non fisik sangat mempengaruhi
kepuasan bekerja pegawai dimana jika keadaan atau situasi di sekitar pegawai
kondusif untuk bekerja, rekan mudah diajak untuk bekerja sama dan hubungan dengan
atasan baik maka pegawai akan menikmati pekerjaannya dan merasa puas bekerja di
tempat tersebut. Lingkungan kerja yang nyaman dan aman akan membuat pegawai
juga ikut merasa nyaman bekerja sehingga tugas yang dilakukan
oleh para pegawai juga baik dan itu mempengaruhi kepuasan bekerja pegawai.
Lingkungan kerja merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kepuasan bekerja pegawai. Jika dalam lingkungan sekitar tempat
kerja memberikan kesan yang tidak nyaman, pegawai merasa malas untuk bekerja.
Robbins dalam Fathonah dan Utami (2012:3) menyatakan bahwa pegawai akan bekerja secara maksimal apabila
lingkungan kerja nyaman dan mendukung karena pegawai merasa puas dengan
lingkungan kerja yang ada. Lingkungan kerja yang baik meliputi
beberapa aspek yang harus diperhatikan misalnya ruangan kerja yang nyaman,
kondisi lingkungan yang aman, suhu ruangan yang tetap, terdapat
pencahayaan yang memadai, warna cat ruangan, hubungan dengan rekan kerja yang
baik (Sedarmayanti dalam Sugiyarti, 2012:75). Jika hal tersebut dapat terpenuhi
oleh perusahaan atau organisasi maka kinerja dari karyawan dapat meningkat yang
berpengaruh terhadap kepuasan bekerja karyawan tersebut. Menurut
Mangkunegara dalam Dhermawan (2012:174) lingkungan kerja meliputi uraian
jabatan yang jelas, autoritas yang memadai, target kerja yang menantang, pola
komunikasi, hubungan kerja yang harmonis, iklim kerja yang dinamis, peluang
karir, dan fasilitas kerja yang memadai. Jika itu semua dapat terjalin dengan
baik kepuasan bekerja karyawan juga meningkat.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli
diatas, dapat dikatakan bahwa lingkungan kerja merupakan segala sesuatu yang
ada disekitar pegawai yang dapat mempengaruhi diri pegawai dalam menjalankan
tugas yang dibebankan oleh perusahaan. Namun secara umum pengertian lingkungan kerja merupakan kondisi
dan suasana dimana para pegawai tersebut melaksanakan tugas dan pekerjaannya
dengan maksimal.
Lingkungan Kerja Yang Kondusif
Kondusif merupakan sikap tenang dan teratur. Sikap kondusif itu sangat
penting karena akan melahirkan suatu ketertiban dalam masyarakat. Pengertian kondusif menurut KBBI adalah kondisi yang tenang atau yang lebih mudah untuk
diartikan adalah suatu kondisi yang tidak semrawutan dan mendukung untuk
terjadinya suatu aktivitas atau tujuan tertentu. Contohnya suasana kantor yang kondusif tentunya akan sangat membantu
kelancaran proses bekerja dan menghasilkan sesuatu dengan baik. Pengertian kondusif dalam sosiologi adalah suatu ketenangan dan ketertiban dalam
suatu lingkungan dalam melakukan berbagai macam aktivitas. Contohnya
kondusif dalam menyelesaikan pekerjaan secara kelompok atau bersama-sama. Sementara itu, pengertian kondusif dalam bekerja adalah sikap tenang untuk menerima pekerjaan/tugas, tertib dalam melaksanakan dan menyelesaikan berbagai pekerjaan/tugas,
kerja berkelompok dan mendukung
sepenuhnya segala macam bentuk aktivitas yang termasuk dalam proses bekerja.
Berikut
ini faktor yang dapat memengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja
yang kondusif (Maryati, 2014):
1. Mengatur
Penerangan/Cahaya di Kantor
Pengaturan cahaya atau penerangan di kantor
sangat besar manfaatnya bagi karyawan agar mendapatkan keselamatan dan
kelancaran kerja. Penerangan (cahaya) harus diatur sesuai dengan kondisi cahaya
yang nyaman yaitu terang tapi tidak menyilaukan. Cahaya perlu diatur sesuai
dengan kebutuhan penerangan ruangan. Cahaya yang kurang jelas mengakibatkan
penglihatan menjadi cepat lelah, sehingga pekerjaan akan lambat, banyak
mengalami kesalahan, sehingga menyebabkan kurang efisien dalam melaksanakan pekerjaan.
Cahaya terbagi menjadi 2 macam yaitu
natural lighting (cahaya alami) dan artificial lighting (cahaya buatan). Cahaya alami merupakan cahaya yang
berasal dari matahari, sedangkan cahaya buatan berasal dari lampu, lilin, dll.
Cahaya buatan terbagi atas cahaya langsung, setengah tak langsung, dan cahaya
tak langsung. Pencahayaan yang baik memiliki ciri-ciri seperti sinar
cukup/terang namun tidak menyilaukan, tidak terdapat kontras yang tajam,
memancarkan cahayanya secara merata dan tidak menimbulkan bayangan maupun
gelombang cahaya.
2. Pemilihan
Warna di Tempat Kerja
Dalam memilih warna yang akan dipakai pada setiap ruang
kerja, atau warna bangunan gedung baik untuk warna dinding,
penutup lantai, maupun warna untuk peralatan atau perlengkapan kantor perlu dipertimbangkan
kombinasi warna yang serasi, memperhatiakan efek cahaya terhadap warna, nilai
pemantulan warna, dan dampak dari warna yang dipilih. Penataan
warna di tempat kerja perlu dipelajari dan direncanankan dengan sebaik-baiknya
karena warna dapat mempengaruhi emosi dan otak manusia. Warna yang tepat ketika
digunakan untuk dekorasi dan ruang kerja akan menimbulkan kenyamanan peningkatan
produktivitas kerja karyawannya. Namun bila warna tidak serasi atau terlalu
kontras maka akan berdampak bagi ketenangan dan konsentrasi karyawan.
Warna
|
Sifat
|
Pengaruh
|
Fungsi
|
Merah
|
Dinamis, merangsang, dan panas.
|
Menimbulkan semangat
kerja.
|
Pekerjaan sepintas
(singkat).
|
Kuning
|
Keanggunan, bebas, hangat.
|
Menimbulkan rasa gembira dan merangsang urat
syaraf mata.
|
Gang-gang jalan lorong.
|
Biru
|
Tenang, tentram, dan
sejuk.
|
Mengurangi tekanan atau
ketegangan.
|
Berpikir konsentrasi.
|
3. Memperhatikan
Udara di Kantor
a.
Temperatur di Tempat Kerja
Dalam keadaan normal, anggota
tubuh manusia mempunyai temperatur
yang berbeda. Tubuh manusia selalu berusaha mempertahankan suhu tubuh dalam kondisi
yang normal dengan suatu sistem tubuh yang sempurna sehingga dapat menyesuaikan
diri dengan perubahan yang terjadi diluar tubuh. Tetapi kemampuan
tersebut memiliki batas, yakni ketika tubuh seorang manusia masih dapat
menyesuaikan dirinya dengan temperatur luar jika mengalami perubahan temperatur
luar tubuh tidak lebih dari 20% kondisi panas untuk dari keadaan normal
suhu tubuh.
b.
Kelembaban di Tempat Kerja
Kelembaban dipengaruhi oleh temperatur udara, dan secara
bersamaan kecepatan udara bergerak dan radiasi panas dari udara tersebut akan
memengaruhi keadaan tubuhpada saat menerima atau melepaskan panas dari
tubuhnya. Keadaan dimana temperatur udara sangat panas dan kelembaban tinggi,
akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara besar-besaran, karena
sistem
penguapan. Pengaruh lain adalah makin cepatnya denyut jantung karena semakin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen, DNA tubuh manusia berusaha untuk mencapai keseimbangan antara suhu tubuh dengan suhu disekitarnya.
penguapan. Pengaruh lain adalah makin cepatnya denyut jantung karena semakin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen, DNA tubuh manusia berusaha untuk mencapai keseimbangan antara suhu tubuh dengan suhu disekitarnya.
c. Sirkulasi Udara di Tempat Kerja
Oksigen merupakan kebutuhan makhluk hidup untuk menjaga
kelangasungan hidup. Udara disekitar dapat dikatakan kotor ketika
kadar oksigen dalam udara telah berkurang dan telah bercampur dengan gas atau bau-bauan yang dapat tercium dan
berbahaya bagi kesehatan tubuh. Faktor utama tersedianya oksigen adalah adanya
tanaman segar di dalam tempat kerja. Dengan cukupnya oksigen di sekitar tempat
kerja akan memberikan kesejukan dan kesegaran pada jasmani. Hal ini dapat membantu
mempercepat pemulihan tubuh akibat kelelahan seusai bekerja.
4. Kontrol
Suara
Kebisingan merupakan salah satu
polusi yang cukup menyibukkan para
pakar, yaitu bunti yang tidak dikehendaki oleh telinga. Kebisingan dalam jangka waktu yang cukup panjang dapat mengganggu ketenangan ketika bekerja
menimbulkan kesalahan komunikasi dan merusak pendengaran. Bahkan dari hasil penelitian, kebisingan yang berlebihan dapat mengakibatkan kematian kepada korbannya. Karena bekerja sangat membutuhkan konsentrasi yang tinggi, maka suara bising harus dihindari agar tidak mengganggu kegiatan bekerja sehingga produktivitas bekerja bisa dilakukandengan efisien sehingga produktivitas kerja dapat meningkat.
pakar, yaitu bunti yang tidak dikehendaki oleh telinga. Kebisingan dalam jangka waktu yang cukup panjang dapat mengganggu ketenangan ketika bekerja
menimbulkan kesalahan komunikasi dan merusak pendengaran. Bahkan dari hasil penelitian, kebisingan yang berlebihan dapat mengakibatkan kematian kepada korbannya. Karena bekerja sangat membutuhkan konsentrasi yang tinggi, maka suara bising harus dihindari agar tidak mengganggu kegiatan bekerja sehingga produktivitas bekerja bisa dilakukandengan efisien sehingga produktivitas kerja dapat meningkat.
Ada beberapa cara untuk
mengendalikan suara yang bising yaitu:
a. Mesin-mesin dan peralatan yang menimbulkan suara gaduh
ditempatkan jauh dari tempat kerja yang membutuhkan konsentrasi yang tinggi
dekat dengan jendela dan diberi penyekat ruang sebagai media peredam suaranya.
b. Gunakan design dan bahan langit-langit yang dapat menyerap
suara seperti karpet, dinding dari partisi atau kayu langit-langit berbahan
kayu, dsb.
c. Pakai perabot yang terbuat dari bahan-bahan penyerap suara
seperti kayu, bubuk kayu yang telah dikeraskan, kain, dsb.
d. Putarlah musik tertentu dengan pelan sehingga dapat
menimbulkan suasana tenang pada karyawan. Menurut para ahli musik yang bernada
halus dan sesuai dengan suasana untuk bekerja, tempat serta waktu bisa
membangkitkan dan merangsang karyawan untuk melaksanakan pekerjaannya.
Maka dari itu, pemilihan lagu-lagu perlu diperhatikan dengan selektif untuk
diputar di tempat kerja. Jika jenis musik yang dipilih tidak sesuai
untuk diperdengarkan di tempat kerja maka akan sangat mengganggu konsentrasi
para karyawan yang sedang bekerja.
5. Budaya
Budaya merupakan suatu pola hidup yang menyeluruh. Budaya
bersifat abstrak, luas dan kompleks. Banyak aspek budaya yang turut serta dalam
menentukan perilaku komunikatif seorang karyawan. Unsur-unsur sosio
budaya ini tersebar, dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Budaya di kantor berawal dari kebiasaan yang telah menjadi
perilaku, tindak tanduk dalam bekerja, berkomunikasi, dan berhubungan dengan
sesama maupun pihak luar. Misalnya ramah tepat waktu, rapih dalam bekerja dsb.
Budaya ini dibentuk dari hasil kebersamaan atau kelompok. Tetapi dapat juga
berawal dari pimpinan yang di dukung oleh staffnya.
Dalam suatu lingkungan kerja sangat penting menciptakan budaya yang sehat,
segar, ramah dan demokrasi. Terciptanya budaya ini sangat ditentukan oleh
pimpinan dan karyawan yang berada dalam perusahaan yang bersangkutan.
Komunikasi Kerja yang Baik
Pentingnya komunikasi yang baik di tempat kerja tidak dapat disangkal akan pentingnya
komunikasi di tempat kerja,
mengingat bahwa dalam sebuah perusahaan terdapat banyak orang dari berbagai
latar belakang sosial dan profesional yang berbeda dan bekerja untuk tujuan
yang sama. Sering terlihat
bahwa manajer tidak menyadari pentingnya komunikasi di tempat kerja dan dengan
demikian tidak menyampaikan ide-ide mereka, tujuan perusahaan, visi dengan
sangat jelas. Ketika para senior tidak dapat menciptakan lingkungan yang
terbuka dan komunikasi yang jelas, maka memiliki dampak negatif pada budaya
kerja dan produktivitas karyawan. Sebuah perusahaan di mana tidak ada berbagi
informasi antara dua atau lebih individu, maka pemborosan sumber daya akan
sering timbul. Untuk menghindari ini, komunikasi yang efektif di tempat kerja
harus didorong untuk keberhasilan perusahaan secara menyeluruh. Ada beberapa
peran komukasi di kantor (Sukoco & Munir, 2011), yaitu:
a. Menciptakan Kepuasan Kerja
Perusahaan wajib mendorong korespondensi terbuka dan mudah
antara senior dan bawahan. Jika lingkungan kerja ramah di mana bawahan didorong
untuk mengkomunikasikan ide-ide mereka kepada manajer mereka mengenai pekerjaan
terkait, dan umpan balik mereka diberikan pertimbangan, akan memotivasi
karyawan untuk bekerja lebih baik dan membuat mereka merasa dihargai dalam
perusahaan. Dengan demikian, komunikasi yang efektif di tempat kerja membantu
dalam membangun loyalitas dan kepercayaan yang akhirnya menghasilkan kepuasan
kerja yang lebih besar.
b. Menyelesaikan Konflik
Komunikasi yang terbuka di tempat kerja dapat membantu
mencegah dan menyelesaikan konflik. Misalnya, jika dua karyawan memiliki
ketidaksetujuan atas beberapa masalah, maka konflik tersebut diselesaikan
melalui diskusi bersama.
c. Meningkatkan Produktivitas
Komunikasi yang efektif di tempat kerja adalah hal yang
paling penting bagi keberhasilan dan kegagalan sebuah perusahaan. Setiap
perusahaan memiliki seperangkat tujuan yang jelas, tujuan dan visi. Manajer
harus dapat dengan jelas menjelaskan kepada karyawannya tujuan tersebut dan
memastikan bahwa semua anggota timnya bekerja menuju tujuan yang sama. Dia juga
perlu mengkomunikasikan kepada karyawannya akan pekerjaan, tanggung jawab dan
tugas mereka. Jika manajer jelas dalam komunikasi, para bawahan akan tahu
persis apa yang perusahaan ingin dan dengan demikian, akan mampu memberikan
yang sama untuk yang terbaik dari kemampuan mereka. Dengan demikian, pentingnya
keterampilan komunikasi dapat dinilai dari fakta yang mengarah ke arah yang
lebih baik dan meningkatkan produktivitas kerja.
d. Masa Depan
Kita semua tahu bahwa komunikasi adalah proses dua arah.
Semua karyawan dan manajer dalam suatu perusahaan harus berkomunikasi dengan
jelas, terbuka, dan jujur. Manajer harus membangun hubungan kerja yang
menyenangkan dengan karyawan mereka, sehingga karyawan tidak ragu untuk
mendekati mereka, untuk menyelesaikan pekerjaan yang berhubungan dengan isu
yang mungkin timbul dalam perusahaan. Jadi, dengan membentuk hubungan yang baik
dengan bawahan dan rekan kerja, anda tidak hanya meningkatkan semangat mereka
tetapi juga meningkatkan efisiensi kerja mereka, yang menyebabkan peningkatan
produktivitas. Selain itu, karyawan juga harus diberi kesempatan untuk
memberikan umpan balik kepada manajemen. Ini akan membantu mengarahkan
kebijakan manajemen dan program-program yang sesuai dengan kebutuhan karyawan.
Dengan demikian, membangun hubungan kerja yang baik antara karyawan dan manajer
dapat memberikan masa depan kerja yang lebih baik bagi perusahaan.
e. Pembentukan Hubungan
Komunikasi terbuka, baik antara karyawan dan manajer atau antara
manajemen dan karyawan, mengarah pada pembentukan hubungan pribadi dan
profesional yang lebih baik. Hal ini membuat karyawan merasa benar-benar peduli
dan dihargai, dan mereka lebih cenderung untuk tetap setia kepada perusahaan.
Hal ini menciptakan lingkungan yang ramah dan mempromosikan hubungan kerja yang
lebih baik, yang kondusif bagi karyawan.
f. Pemanfaatan Sumber Daya
Jika sebuah perusahaan menghadapi masalah, krisis dan
konflik akibat miskomunikasi antara karyawan, menyebabkan penundaan yang tidak perlu
dalam pekerjaan sehari-hari. Hal ini menyebabkan pemborosan sumber daya dan
menurunkan produktivitas kerja secara keseluruhan. Jadi lingkungan komunikasi
yang baik adalah suatu keharusan bagi setiap perusahaan untuk lebih
memanfaatkan sumber daya dan meningkatkan produktivitas.
Pentingnya komunikasi di tempat kerja dapat diringkas dalam
dua kata, ‘kepuasan kerja’. Jika karyawan puas bekerja dalam suatu perusahaan,
tidak menyangkal fakta bahwa masa depan perusahaan benar-benar terjamin.
Hubungan Kepemimpinan, Komunikasi, Motivasi
Dan Pengembangan Karir Terhadap Kinerja Pegawai
Seorang pemimpin mempunyai tanggung jawab dalam mengelola sebuah perusahaan,
dan pemimpin harus mengerti bagaimana melihat kinerja pegawai yang baik dan
yang buruk. Untuk membangun hubungan yang harmonis antara
pimpinan dan karyawan membutuhkan banyak kecerdasan, mulai dari kecerdasan
intelektual, emosional, spiritual, kecerdasan komunikasi dan kecerdasan
tanggung jawab (Umam, 2014). Pimpinan berfungsi
untuk mengkoordinasikan semua kekuatan organisasi untuk mencapai misi, visi,
strategi, dan tujuan organisasi; sedangkan karyawan berfungsi membantu tanggung
jawab pimpinan dengan sepenuh hati agar visi, misi, strategi, dan tujuan
organisasi dapat diwujudkan sesuai rencana dan harapan. Persoalannya, sering
sekali pimpinan dan karyawan tidak selalu mampu menyatu mencair dalam satu
kekuatan yang utuh dan pasti dalam meraih semua impian organisasi.
Pimpinan harus memiliki mind set dan perilaku untuk membantu karyawan mencapai
kinerja dan prestasi maksimal dengan cara-cara persuasif. Pimpinan hanya boleh
menggunakan kekuasaannya dalam hal membuat keputusan dan mengarahkan karyawan
ke visi, misi, dan tujuan organisasi. Tapi dalam hubungan kerja sehari-hari,
pimpinan haruslah berperan sebagai orang tua yang membimbing setiap karyawan
melalui sikap baik dan kasih sayang. Demikian juga dengan karyawan, para
karyawan harus secara ikhlas dan cerdas mengarahkan seluruh energi, potensi,
dan kekuatan dirinya untuk membantu kesuksesan tanggung jawab pimpinan.
Hubungan yang tulus, ikhlas, dan mensyukuri haruslah menjadi modal yang kuat
dalam menyatukan semua perbedaan di dalam organisasi.
Seorang pemimpin juga harus bisa berkomunikasi dengan para pegawai nya, dalam
hal ini pemimpin dan pegawai bentuk komunikasi nya adalah komunikasi Vertikal.
Ini adalah bentuk - bentuk komunikasi (Priansa, 2013):
1.
Komunikasi vertical
Komunikasi vertikal adalah komunikasi dari
atas ke bawah dan dari bawah ke atas atau komunikasi dari pimpinan ke bawahan
dan dari bawahan ke pimpinan secara timbal balik.
2.
Komunikasi horizontal
Komunikasi horisontal adalah komunikasi secara
mendatar, misalnya komunikasi antara karyawan dengan karyawan dan komunikasi
ini sering kali berlangsung tidak formal yang berlainan dengan komunikasi
vertikal yang terjadi secara formal.
3.
Komunikasi Diagonal
Komunikasi Diagonal bisa disebut komunikasi
silang antara pimpinan dan karyawannya.
Komunikasi dalam
organisasi atau perusahaan mempunyai fungsi sebagai berikut (Endang, 2015):
1.
Menimbulkan rasa
kesetiakawanan dalam loyalitas antar pegawai.
2.
Meningkatkan semangat
kerja para pegawai.
3.
Meningkatkan moral dan
disiplin para pegawai.
4.
Semua jajaran pimpinan
dapat mengetaui keadaan bidang yang menjadi tugasnya sehingga akan berlangsung
pengendalian operasional yang efisien.
5.
Semua pegawai dapat
mengetahui kebijaksanaan, peraturan-peraturan, ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan pimpinan organisasi.
6.
Semua informasi yang
dibutuhkan pegawai dapat dengan cepat dan tepat diperoleh.
7.
Meningkatkan rasa
tanggung jawab semua pegawai.
8.
Menimbulkan saling
pengertian diantara pegawai.
9.
Meningkatkan kerjasama
diantara pegawai.
10.
Meningkatkan semangat
korp dikalangan para pegawai.
Keberadaan karyawan tentunya menjadi salah satu poin penting
ketika Anda menjalankan sebuah usaha. Berbagai pekerjaan operasional maupun
manajerial akan terasa lebih ringan, dengan adanya dukungan dari para karyawan.
Sebagai pelaku bisnis yang didukung oleh para karyawan,
sudah sepantasnya bila anda
terus membangun hubungan baik antara karyawan dan perusahaan yang
Anda pimpin.
Karena bagaimanapun
juga, keberadaan mereka memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap kesuksesan bisnis yang anda bangun. Pentingnya peran karyawan terhadap perkembangan usaha, mendorong sebagian besar pemimpin
perusahaan untuk selalu memotivasi para karyawan agar bisa bekerja
secara optimal. Sebab, semakin bagus performa yang diberikan para karyawan, maka semakin besar pula peluang
bagi sebuah bisnis untuk mencapai kesuksesannya.
Langkah-langkah yang dapat digunakan para pemimpin untuk
meningkatkan motivasi kerja karyawan (Sugiarto & Pravitasmara, 2016):
1. Tingkatkan motivasi kerja karyawan melalui
training
Terkadang menekuni
sebuah pekerjaan yang sama setiap harinya, membuat sebagian besar karyawan
merasa jenuh dan bosan. Dampaknya, motivasi karyawan akan turun sehingga mereka
tidak bekerja secara optimal. Karena itu untuk mengembalikan motivasi karyawan,
Anda perlu mengadakan training khusus bagi para karyawan. Misalnya saja
mengadakan pelatihan untuk meningkatkan ketrampilan kerja mereka, atau sekedar
training untuk membangun kembali motivasi karyawan yang mulai turun.
2. Berikan reward bagi karyawan yang berprestasi
Tidak ada salahnya
jika Anda memberikan reward khusus bagi karyawan yang berprestasi. Bisa berupa
bonus atau insentif, maupun berupa hadiah kecil yang bisa mewakili ucapan
terimakasih perusahaan atas prestasi para karyawan. Cara ini terbukti cukup
efektif, sehingga karyawan lebih bersemangat untuk memberikan prestasi-prestasi
berikutnya bagi perusahaan.
3. Lakukan pendekatan untuk mengoptimalkan
kinerja karyawan
Sebagai pemimpin
perusahaan, Anda juga perlu melakukan pendekatan pada para karyawan Anda. Bila
perlu kenali kelebihan dan kekurangan yang dimiliki masing-masing dari mereka,
sebab hal ini akan memudahkan Anda untuk mengevaluasi perkembangan setiap
karyawan. Mana karyawan yang memiliki prestasi kerja cukup bagus, dan mana
karyawan yang membutuhkan dukungan Anda untuk mencapai keberhasilan seperti
rekan-rekan lainnya. Tentu dengan pendekatan tersebut, Anda dapat membantu
karyawan yang kesulitan mengerjakan tugasnya untuk bisa berhasil meraih
prestasi seperti karyawan lainnya.
4. Adakan kegiatan khusus
untuk membangun kekeluargaan antara karyawan dan perusahaan.
Membangun kekeluargaan
antara pihak karyawan dan pemilik usaha, menjadi langkah jitu untuk
meningkatkan motivasi kerja karyawan. Dengan kekeluargaan yang kuat, mereka
akan ikut merasakan kepemilikan perusahaan tersebut. Sehingga loyalitasnya
untuk bersama-sama membesarkan perusahaan semakin meningkat. Adakan acara
pertemuan rutin setiap bulannya, yang bisa mengakrabkan semua karyawan di
perusahaan Anda. Lingkungan kerja yang hangat dan akrab, akan membuat karyawan
merasa nyaman dalam menjalankan pekerjaannya.
SIMPULAN DAN
SARAN
Lingkungan
kerja yang kondusif memberikan rasa aman dan memungkinkan para pegawai untuk
dapat berkerja optimal. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi emosi pegawai.
Jika pegawai menyenangi lingkungan kerja dimana dia bekerja, maka pegawai
tersebut akan betah di tempat kerjanya untuk melakukan aktivitas sehingga waktu
kerja dipergunakan secara efektif dan optimis prestasi kerja pegawai
juga tinggi. Lingkungan kerja tersebut mencakup hubungan kerja
yang terbentuk antara sesama pegawai dan hubungan kerja antar bawahan dan atasan serta lingkungan fisik tempat pegawai bekerja.
Manajemen
perusahaan diharapkan mampu meningkatkan sarana lingkungan kerja fisik, dan non-fisik karena mempunyai pengaruh yang besar dalam mempengaruhi kondusifitas dan kepuasan
kerja karyawan, diantaranya yaitu dengan meningkatkan kualitas tata letak ruang
kerja, penerangan, sirkulasi udara, kondisi peralatan kerja, tingkat keamanan,
suara gaduh, dan kebersihan.
DAFTAR
PUSTAKA
Chaisunah, & Muttaqiyathun, A. (2011). Pengaruh
Kompensasi dan Lingkungan Kerja terhadap Kepuasan Kerja Karyawan. Studi
Kasus pada PT. Bank Perkreditan Rakyat Shinta Daya .
Endang, S. (2015). Pengantar
Administrasi Perkantoran. Bandung: Erlangga.
Maryati, M. (2014). Manajemen
Perkantoran Efektif. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Nasution, W. A.
(2013). Pengaruh Kompensasi dan Lingkungan Kerja terhadap Kepuasan Kerja. Studi
Kasus Karyawan Pada PT. Karya Deli Stelindo Medan .
Priansa, D. J.
(2013). Manajemen Perkantoran Efektif, Efisien, dan Profesional.
Bandung: Alfabeta.
Quible, Z. K. (2011).
Administrative Office Management: An Introduction (7th Edition). International
Journal of Commerce and Managemen , 97-99.
Robbins, S. P.
(2013). Organizational Behavior. Jakarta: Salemba Empat.
Rumada, G., &
Utama, I. W. (2013). Pengaruh Kompensasi, Kepemimpinan dan Lingkungan Kerja
Fisik terhadap Kepuasan Kerja. Studi Kasus Karyawan Hotel Taman Harum Ubud
Gianyar .
Sugiarto, A., &
Pravitasmara, Y. E. (2016). Green Office "Manajemen Kantor Berkonsep
Ramah Lingkungan". Bogor: Gava Media.
Sugiyono. (2013). Metode
Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta.
Sukoco, & Munir,
B. (2011). Manajemen Administrasi Perkantoran Modern. Bandung:
Erlangga.
Sunyoto, D. (2013).
Teori, Kuisioner, dan Analisis Data Sumber Daya Manusia. Praktik
Penelitian , 43.
Umam, K. (2014). MANAJEMEN
PERKANTORAN. Surakarta: Pustaka Setia.
W, M. E. (2011).
Effect of ISO 900-2008 QMS, Total Quality Management and Work. THE
INTERNATIONAL JOURNAL OF BUSINESS & MANAGEMENT , 369-372.
Yani, H. (2011). Manajemen
Sumber Daya Manusia. Jakarta: Mitra Wacana .